PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM MENURUNKAN PROBLEM TEKANAN EMOSI BERBASIS GENDER
JUDUL :
PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM MENURUNKAN PROBLEM TEKANAN EMOSI
BERBASIS GENDER
JURNAL : Sawwa
Jurnal Studi Gender
VOLUME DAN
HALAMAN : Volume 11. Nomor 1. Hal. 51-74
TAHUN : 1
Oktober 2015
PENULIS :
Hasyim Hasanah (Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang)
PUBLIKASI :
Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Uin Walisongo Semarang
DOWNLOAD :
http://journal.walisongo.ac.id/index.php/sawwa/article/view/1446
REVIEWER :
Muhammad Syarifuddin (1901028013)
A.
Gambaran
Umum Tulisan :
Komunikasi merupakan kebutuhan
setiap manusia khususnya dalam menjalin interaksi sesama manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia, tujuan manusia melakukan komunikasi agar saling
mengerti juga saling memahami, komunikasi pada dasarnya memiliki empat fungsi
sosial, ekspresif, ritual, instrumental. Pada saat menjalin interaksi dikatakan
efektif apabila ditandai hubungan interpersonal yang baik. Sedangkan kegagalan
komunikasi terjadi apabila isi pesan kita dipahami orang, pada hubungan
diantara pelaku komunikasi itu sendiri. Komunikasi interpersonal yang dilakukan
pada tingkatan tertentu dapat melahirkan suasana dan dinamika
psikologis yang dapat memberikan
manfaat pada kebutuhan psiko-emosional manusia, psiko-emosional meliputi adanya
perasaan keterbukaan, empati, sikap suportif, sikap positif dan kesetaraan,
cinta, kasih sayang, penghargaan, ketenangan dan kepercayaan. Terhambatnya
psiko-emosional mengakibatkan dirinya mengalami tekanan emosi yang berupa
kecemasan, prasangka, rasa takut, khawatir, was-was, marah, agresif bahkan
anarkis. Problem tekanan emosi yang dihadapi manusia semakin berkembang sejalan
dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Tekanan emosi merupakan situasi
identik dengan ketegangan.6 Ketegangan emosi merupakan gejala afektif pada
kejiwaan manusia yang dihayati secara subjektif, bersentuhan secara langsung
dengan gejala pengenalan diri. William James mengatakan bahwa tekanan emosi
merupakan dampak reaksi khas yang secara memndalam sebagai hasil reaksi suatu
perkara, peristiwa, dan pengalaman yang terjadi pada diri individu dimana
keadaan jiwa manusia dalam keadaan tertekan emosinya.7 Ketika manusia dalam
kondisi tertekan biasanya akan diiringi banyak perubahan fungsi fisiologis dan
kondisi fisik. Tekanan emosi timbul disebabkan adanya gejala psikis manusia
dari faktor dasar (watak, kepribadian, karakter dan hereditas), lingkungan
serta sesuatu yang berkembang menjadi berbagai emosi komplek karena usia,
pengalaman, proses diferensiasi dan kondisi psikis yang tidak menentu.
Salah satu upaya yang diduga mampu
melahirkan kondisi psikoemosional yang harmonis, sehingga menimbulkan motivasi,
semangat berprestasi dan menghadirkan nilai positif adalah dengan
mengoptimalkan kebutuhan sosial mereka melalui efektivitas komunikasi
interpersonal. Berdasarkan fungsi sosial komunikasi interpersonal sebagaimana
dijelaskan di depan, nampaknya komunikasi interpersonal dapat membangun konsep
diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan,
terhindar dari tekanan dan ketegangan (emosi) serta memupuk hubungan sosial
dengan orang lain
B.
Pembahasan:
1.
Realisasi Pelaksanaan,
problem tekanan emosi pada mahasiswa program khusus di IAIN
Walisongo berupa emosi negatif meliputi perasaan khawatir, takut, tertekan,
sedih, kecewa dan terdiskriminasikan. Problem emosi selanjutnya berupa lima
aspek yang terdiri dari: (a) merasa terbebani dengan target program, maksudnya
Mahasiswa program khusus terebani dengan target penyelesaian program tepat
waktu (yaitu 8 semester) yang meliputi pembiayaan, waktu penyelesaian program
dan beban kurikulum; (b) Adanya integrasi antara kulian dengan pembinaan
khusus, artinya mahasiswa program khusus merasa terbebani dengan integrasi
kuliah berbasis akademik dan non akademik berupa pembinaan ma’had dan halaqoh,
sehingga mereka merasa waktu belajar menjadi kacau dan membingungkan; (c)
Integrasi dwi bahasa (Arab dan Inggris), maksudnya Adanya ketentuan memiliki
kemampuan/ kompetensi terhadap penguasaan bahasa asing yaitu inggris dan arab,
karena mahasiswa program khusus berasal dari background pendidikan beragam
seperti MA, SMA, STM, maka penguasaan bahasa asing dirasa menimbulkan tekanan
bagi mahasiswa laki-laki maupun perempuan, (d) Tahfidul Qur’an. Adanya
ketentuan penguasaan tahfidul Qur’an setiap mahasiswa, minimal untuk program
khusus diwajibkan hafal sebagian juz dari al Qur’an, sehingga menjadikan
tekanan mental bagi mahasiswa; (e) Pengelolaan program yang tidak jelas dan
terlalu mengekang. Mahasiswa merasa pelaksanaan program khusus di IAIN kurang
jelas, terlalu membebani, tidak transparan dan ada komunikasi yang intens dan
terbuka dengan mahasiswa, sehingga problem kemahasiswaan sering tidak
tertangani dengan baik, bahkan cenderung melahirkan tekanan mental yang tambah
berat.
2.
Hasil
yang dicapai
pengaruh
komunikasi Interpersonal dalam menurunkan tekanan emosi dapat ditnjukkan dari
hasil uji pengaruh dan determinasi. Berdasarkan hasil perhitungan kuantitatif
didapatkan hasil bahwa komunikasi interpersonal berpengaruh terhadap penurunan
problem tekanan emosi dengan Fhasil sebesar 7,966 dan lebih besar dari Ftabel
yaitu 6,302 pada taraf signifikan 0,05. Sedangkang uji determinasi menghasilkan
nilai besarnya adjusted R2 adalah 0,910, hal ini berarti 91,0% variasi problem
tekanan emosi dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen komunikasi
interpersonal, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar
model. Perbedaan berdasar jenis kelamin secara simultan menunjukkan pengaruh
antara variable penelitian laki-laki lebih besar dibandingkan dengan pengaruh
uji variable perempuan. Hal ini dapat dilihat dari thasil lakilaki > dari
thasil perempuan pada koefisien simultan 16,065 > 11,660
C.
Kritik
dan Saran:
Penulis dalam penelitian ini berasal
dari uin walisongo yaitu Hasyim Hasanah. Menurut analisa saya dengan latar
belakang pendidikan penulis berasal, penulis tersebut mempunyai kualifikasi
yang cukup dibidang yang dia teliti. Sistematika penulisan telah tersusun
dengan baik dan jelas mulai dari judul penelitian, nama penulis, abstrak,
pendahuluan, kajian pustaka, metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan, saran,
dan daftar pustaka. Judul penelitian yang digunakan oleh penulis juga cukup
jelas, akurat, tidak ambigu, dan menggambarkan apa yang akan diteliti. Namun
judul tersebut masih memiliki kekurangan yaitu belum memenuhi prinsip 5W+1H
dimana pada judul tersebut tidak dicantumkan tahun penelitian sehingga reviewer
tidak tahun kapan penelitian dilakukan.
Pada bagian abstrak menurut reviewer
sudah baik, karena penulis mampu menggambarkan secara jelas mengenai masalah
penelitian, tujuan penelitian, pembahasan dan hasil yang didapatkan serta
mencatumkan kata kunci. Namun, jurnal ini belum merekomendasikan apa yang
diberikan untuk penelitian selanjutnya, menurut analisa reviewer metode yang
digunakan penulis dalam penelitian ini sudah tepat sesuai dengan fokus
penelitian yang tujuannya mengenal diri sendiri dan orang lain, mengetahui
dunia luar, menciptakan memelihara hubungan, mengubah sikap dan perilaku,
mencari hiburan dan membantu orang lain.
Metode yang digunakan metode
kuantitatif, kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap
bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Jadi dengan kuantitatif
pengukuran data secara statistik objektif melalui perhitungan ilmiah dari
sampel orang-orang yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang
survey untuk menentukan frekuensi dan presentase tanggapan mereka. Pada hasil
penelitian menurut reviewer sudah pas dan dijelaskan secara mendalam . jurnal
ini termasuk jurnal yang bagus pada bagian penutup sudah memuat kesimpulan
sesuai dengan tujuan penelitian. Tetapi kekurangannya penulis belum memuat
kritik dan saran yang harapannya untuk kondisi subjek penelitian menjadi lebih
baik, sebagai salah satu solusi dari permasalahan yang terjadi. Setelah
menganalisa secara menyeluruh menurut reviewer penelitian ini secara
sistematika bagus penulis mengikuti aturan penulisan yang benar
D.
Hubungan
dengan Filsafat Ilmu:
filsafat
merupakan kajian akan sebuah kebenaran, dimana kebenaran merupakan hakikat dari
sebuah ilmu pengetahuan. Oleh karenanya, filsafat komunikasi sebagaimana
dijelaskan oleh Prof. Onong Uchiana Efendi, sebagai suatu disiplin yang
memiliki makna bahwa hubungan filsafat dan komunikasi merupakan kajian mendalam dan mendasar yang
mengkaji hakikat ilmu komunikasi sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang utuh.
Sehingga filsafat dan
komunikasi merupakan kajian yang menjadi pondasi atau dasar bagi berdirinya
ilmu komunikasi secara utuh yang meliputi hakikat secara mendalam termasuk
metodologi, analitis, teori, dan segala bentuk dimensinya.
Disisi lain dalam
pengembangan dan penelitian suatu ilmu pengetahuan haruslah mempunyai dasar
yang kokoh. Dan dasar atau pondasi tersebut diperoleh melalui kajian filsafat,
sebagaimana dalam penjelasan diatas dijelaskan apa yang menjadi pilar dalam
ilmu komunikasi diakaji dari teori filsafat serta bagaimana paradigma
penelitian dalam ilmu komunikasi.
Dengan kata lain
filsafat dan komunikasi
merupakan dasar atau pondasi bagi pengembangan dan penelitian ilmu komunikasi.
Dimana melalui kajian filsafat ini lah diperoleh dasar keilmuan yang menjadi
pedoman dalam penelitian dan pengembangan suatu ilmu pengetahuan tak terkecuali
ilmu komunikasi. Oleh karenanya, erat kaitannya antara filsafat
dan komunikasi dengan penelitian komunikasi. Dimana,
filsafat berperan memberikan kearangka keilmuan, sedangkan penelitian
bertugas mengembangkan sebuah ilmu pengetahuan.
E.
Kelengkapan
Jurnal
Volume 11. Nomor 1. Hal. 51-74 1 Oktober 2015 meliputi cover,
susunan redaksi, daftar isi dan artikel dengan judul PENGARUH KOMUNIKASI
INTERPERSONAL DALAM MENURUNKAN PROBLEM TEKANAN EMOSI BERBASIS GENDER
Komentar
Posting Komentar